Pengalaman Naik Ojek Online Biar Kekinian

Kisah si Cantik Adinda yang Pernah Jadi Sopir Ojek Online

Sudah banyak yang tahu jika driver ojek online bukan hanya ditekuni oleh kaum pria, tetapi wanita juga mengikuti profesi sebagai tukang ojek online. Seperti Adinda (21) yang pernah mencoba peruntungannya menjadi driver Grab Bike.

http://pesangrabbiketerbaru.blogspot.com
Ia mengaku bahwa berprofesi sebagai driver Grab Bike ini hanya sambilan. Ia juga mengaku bahwa dirinya sangat suka jalan-jalan, maka dari itu ia mengambil kesempatan menjadi driver Grab Bike karena menurutnya bisa berkeliling Jakarta dan mendapatkan uang.

"Saya bekerja menjadi driver hanya sambilan, karena dulu saya kerja keluar kantor. Jadi banyak waktu untuk saya ambil orderan dari Grab Bike, saya juga senang jalan-jalan makanya saya suka kerja kaya gini. Karena bisa keliling Jakarta dan dapet uang," ucap Adinda kepada Liputan6.com, Senin, (14/12/2015).

Adinda mengaku bahwa ia menggeluti profesi sebagai driver selama empat bulan, selama empat bulan itu ia mengaku memiliki omset per harinya sebanyak Rp150 ribu sampai Rp300 ribu jika dikalkulasikan sebulan bisa mencapai Rp 3 juta-an. Omset orderan ojek perharinya tergantung dari berapa orderan yang di ambil oleh dirinya.

"Sehari saya bisa dapat Rp 150 ribu sampai Rp 300 ribu, tergantung dari orderan yang aku terima. Pas awal ikut Grab Bike masih tarif Rp 5 ribu, walaupun tarifnya cuma lima ribu tapi nguntungin buat saya sebagai driver. Soalnya saya suka dapet lebihan dari penumpang kalo nggak Rp10 ribu ya Rp15 ribu," tambahnya.

Ia juga menceritakan suka duka menjadi driver perempuan, Adinda menceritakan duka menjadi seorang driver Grab Bike pernah diganggu oleh ojek pangkalan. "Saya pernah diganggu sama ojek pangkalan pas di berhenti di pelintasan rel kereta api. Ojek pangkalan tersebut meledek saya dengan kasar, seakan saya tidak pantas untuk menggeluti profesi seperti ini. Tapi saya abaikan omongan tukang ojek itu," ucapnya.

"Ah masa cantik-cantik ngojek, lo mah nggak pantes, balik sono kerja di dapur aja, cewek mah nggak pantes ngojek," tutur Adinda menirukan ejekan tukang ojek senior kala itu.
Dalam sehari, Adinda mengaku mengambil paling banyak 5-6 orderan. Orderan yang diterima paling banyak cewek, dalam sehari ia hanya mengangkut 2-3 penumpang cowok saja.
Bagaimana reaksi penumpang cowok?

Menurut Dinda, saat menerima orderan dari penumpang cowok ia akan menelpon si penumpang dulu dan mengatakan 'Pak, mau dijemput saya driver perempuan, jika penumpang oke saya langsung meluncur".

Tak jarang penumpang cowok yang dijemput Adinda, malah menawarkan dia yang membawa motornya. "Mbak, saya yang bawa saja, ada yang bahkan di tengah jalan baru ngomong untuk tukeran," cerita Adinda.

Adinda juga mengaku pernah digoda penumpang cowok yang mengatakan, "Udah lo ikut main aja sama gue, jangan ngojek kayak gini lo kan cantik,". Ada juga yang mengajak makan dan pulang bareng.

Selain menceritakan duka, Adinda juga menceritakan tentang kesenangan dia menggeluti profesi ini. Ia bercerita bahwa awal ia banyak diajak foto oleh penumpang dan pejalan kaki yang melihat ia memakai atribut Grab Bike. Selain itu, ia juga bercerita bahwa mempunyai satu langganan laki-laki yang baik.

"Senangnya itu banyak penumpang yang minta foto bareng, pernah waktu itu di daerah Kuningan pejalan kaki di situ fotoin saya pas nurunin penumpang. Saya juga punya pelanggan laki-laki yang baik, yang suka bayar orderan dilebihin dan diajak makan juga kalo abis jemput dia dari kantornya," tambahnya.

Saat ini Adinda sudah memiliki pekerjaan tetap, yang membuat dia tidak dapat menggeluti profesi sebagai driver Grab Bike lagi. "Saya sekarang sudah kerja di salah satu media swasta besar, makanya sekarang saya sudah tidak bisa nyambi jadi driver Grab Bike. Karena jam kerjanya yang susah untuk disesuaikan," tutupnya.

Yang tidak terlupakan buat Adinda ketika jadi sopir ojek adalah selalu diminta foto oleh penumpang dan pejalan kaki yang melihatnya sedang menurunkan penumpang. Menurut Dinda sampai sekarang masih ada beberapa penumpang yang SMS untuk ngajakin ketemu.
Pengalaman berharga apa yang didapat Adinda selama jadi sopir ojek?

"Saya jadi kenal banyak orang, tahu sifat orang, tahu kepribadian orang yang jutek gimana yang baik gimana. Dapat banyak link dan masukan dari penumpang," kata Adinda.
Yang jelas menurut Adinda, dia sama sekali tidak malu pernah jadi sopir ojek selama 4 bulan. Tapi satu yang dirahasikan Adinda, sampai kini orangtuanya tidak pernah tahu kalau anak gadisnya yang cantik ini pernah jadi sopir ojek.

source: citizen6 liputan6



Siang ini kereta api sudah menunggu di saya Stasiun Senen, untuk pergi ke stasiun menggunakan jasa OJEK adalah pilihan utama saya baik dari segi  KECEPATAN dan KEMURAHAN HEHEHE. Sebenarnya tempat kost tidak jauh dari pangkalan ojek, biasanya saya menggunakan jasa mereka. Tarif yang biasa saya berikan adalah 30 RIBU dari tempat saya di KS TUBUN Slipi ke Stasiun Pasar Senen.



Seiring fenomena OJEK online melanda Jakarta, sebenarnya saya pengen mencoba dari dulu, kebetulan tetangga kost kanan dan kiri adalah pengojek Online, GOJEK dan GRABBIKE. Siang ini saya memiliki kesempatan untuk mencoba naik GRABBIKE, kucoba booking GRABBIKE lewat TAB sangat mudah sekali, ternyata hari ini ada promo GRABPINK, mungkin pas hari ini hari KANKER sedunia. 

Setelah berputar putar mencari posisi driver terdekat dan mungkin rebutan klik antar driver akhirnya muncul juga nama Driver penjemput, serta posisi nya di MAP GRABBIKE serta estimasi jarak dengan lokasi saya. Telepon seluler saya berbunyi, dan terdengar sapaan ramah dari seberang, saya Robbani D. dari Grabbike siap menjemput bapak sambil menanyakan posisi tepat saya berada.


Akhirnya saya memutuskan untuk dijemput di jalan utama daripada si pengemudi muter muter mencari lokasi saya. Saya orangnya baik hati Pak ☺. Segera saya cabut dari tempat kost, menuju lokasi penjemputan. Ternyata pas di seberang jalan sudah menunggu pengemudi ojek GRABBIKE dengan jaket dan helm dominan warna HIJAU DAN HITAM. Tanpa basa basi motor Scoopy hitam meluncur ke stasiun, sedikit bahan obrolan pak Ojek menanyakan apakah saya mau pulang kampung, dengan tujuan kemana dan kereta jam berapa.


Cara bawa motor pak sopir sangat halus, lalu lintas tidak terlalu rame, tidak sampai 20 menit akhirnya saya sampai ke Stasiun Senen. Kuberikan tarif sesuai promo dan uang tips secukupnya. Thanks Pak Ojek and Grabbike..

source: indoinspector.blogspot





Hari terakhir di tahun 2015 kemarin saya diundang untuk sharing dengan teman-teman guru di sekolah baitulmaal Pondok Aren Tangerang Selatan tentang bagaimana cara sukses berkomunikasi dengan anak. Berangkatlah saya dari rumah dengan mengendarai sepeda motor hingga Kebon Nanas, Tangerang. Pengennya sih naik motor sampai Pondok Aren. Tapi karena kondisinya sejak malam saya mempersiapkan file presentasinya hingga larut, hal tersebut saya urungkan. Jadi saya putuskan saja naik bis hingga keluar tol Jalan Raya Veteran, Bintaro.





Sesampainya saya di penitipan motor, jam di tangan sudah menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit. Agak was-was kalau belum dapat bis hingga setengah sembilan. Bisa-bisa saya terlambat sampai di tujuan. Naik taksi sih pengen. Tapi kalau terjebak kemacetan sama saja. Lalu, ingatlah saya dengan aplikasi Grab Taxi di handphone. Kenapa ngga coba naik ojek online aja. Mumpung kesempatan dan sudah beroperasi lagi, pikir saya.


Baru saja selesai memesan ojek dengan aplikasi tersebut, bis yang saya tunggu pun datang. Batal deh naik ojek online. Di dalam bis saya memeriksa jarak dari Veteran ke Sekolah Baitulmaal. Tidak terlalu jauh sebenarnya. Saya pun memutuskan beristirahat alias tidur sejenak hingga bis keluar pintu gerbang tol Jalan Raya Veteran Bintaro.

Turun dari bis sebenarnya banyak taksi. Tapi jam di tangan sudah menandakan waktu saya semakin sempit. Saya pun menawar ojek kampung yang sedang mangkal disitu.

“Tiga puluh ribu mas,” kata bapak supir ojek.
“Yaah. Ngga kurang tuh pak. Lima belas ribu ya,” tawar saya.
“Ngga bisa mas. Jalan Raya Ceger kan?” Sang bapak menolak tawaran saya.
Saya menganguk.
“Ya sudah. Dua puluh lima ribu saja. Pas,” katanya mencoba bernegosiasi.
“Ntar deh pak, kalo segitu. Makasih ya pak.”

Saya tinggalkan ojek tersebut karena tetiba terlintas kembali di benak saya untuk memesan ojek online. Apalagi waktu itu masih ada kode promo kemana saja dua belas ribu rupiah dari Grabbike. Saya pun menepi ke minimarket terdekat, membeli minum sambil kemudian memesan ojek melalui aplikasi Grabbike.

Tak sampai dua menit, saya mendapatkan driver. Dari aplikasi Grabbike, saya diberitahu bahwa ojek akan tiba kurang lebih tujuh menit lagi. Benar saja, saya tunggu tujuh menit dan sempat menelepon sang abang ojek pun tiba menjemput saya. Enaknya naik ojek online ini, helm sebagai syarat utama keselamatan berkendara sudah disediakan. Kita tinggal pakai saja. Apalagi warnanya yang unik sebagai sarana promosi ojek online itu sendiri.

“Sekolah Baitulmaal ya bang,” kata saya kepada abang ojeknya.
“Bapak tau kan tempatnya?” Tanya dia.
Saya menjawab iya. Asumsi saya si abang ojek hapal jalan menuju Jalan Raya Ceger dan saya kalau di jalan tersebut sudah tahu harus kemana.


upload_-1
dibonceng sama abang Grabbike

Kenyataannya, sembari membuka aplikasi peta saya mengobrol dengam si abang Grabbike. Owalah… ternyata dia bukan aslinya mangkal daerah Bintaro, melainkan ojek dengan daerah operasi Kalibata. Dan dia ngga tau jalan menuju Jalan Raya Ceger. Si abang pun menawarkan bantuan dengan aplikasi peta.

Yang namanya berpedoman peta mau tak mau mengikuti arah versinya aplikasi. Jarak yanh tadinya pendek ternyata malah jadi panjang. Kami justru diarahkan ke Cipulir dan Ulujami dimana dari peta diketahui kami memutar cukup jauh.

Harapan tiba tepat waktu pun sirna. Karen berjalan cukup jauh, saya tiba di Sekolah Baitulmaal menjelang pukul sepuluh. Meskipun tarif dari aplikasi hanya dua belas ribu, rasanya tak tega membayar segitu. Saya pun menyisipkan tiga lembar sepuluh ribuan ke kantong jaket si abang Grabbike. Dia sempat menolak, tapi saya bilang ngga masalah karena memang jauh. Dia pun mengucapkan terima kasih berulang kali.

Maksudnya kepengen kekinian dengan mencoba ojek online. Ehh… malah hampir terlambat tiba di lokasi acara. Tapi ada hikmahnya juga. Saya jadi tau jalan-jalan baru. Termasuk lokasi Pesantren Darunnajah yang selama ini hanya saya dengar namanya.

source: bangsaid.com




http://pesangrabbiketerbaru.blogspot.co.id/